Kinerja Sektor Jasa Keuangan Terjaga Stabil dengan Baik
Jakarta, hariansatelit.com
Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) pada 28 Agustus 2024 menilai sektor jasa keuangan terjaga stabil
yang didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah
ketidakpastian global akibat tensi geopolitik serta perlambatan perekonomian
global.
Kinerja perekonomian global secara umum masih melemah dengan tingkat inflasi
yang cenderung termoderasi. Kondisi tersebut diiringi dengan cooling down pasar
tenaga kerja AS yang mendorong The Fed bersikap dovish, sehingga meningkatkan
ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan di 2024.
Di Eropa, indikator perekonomian masih belum solid di tengah inflasi yang
persisten. Pasar mengekspektasikan Bank Sentral Eropa (ECB) akan menurunkan
suku bunga pada pertemuan September 2024. Di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi
melambat dengan decoupling demand dan supply yang terus berlanjut
Hal ini
mendorong pemerintah dan bank sentral terus mengeluarkan stimulus fiskal dan
moneter.
Tensi geopolitik global terpantau meningkat sejalan dengan tingginya dinamika
politik di AS menjelang Pemilihan Presiden di November 2024, serta potensi
instabilitas di Timur Tengah dan di Rusia akibat eskalasi perang di wilayah
perbatasan Ukraina. Selain itu, pelemahan demand secara global turut
menyebabkan harga komoditas melemah.
Di tengah perkembangan tersebut, yield UST secara umum menurun dan dollar
index melemah dipengaruhi terutama oleh ekspektasi penurunan suku bunga
kebijakan oleh The Fed dalam waktu dekat.
Hal ini mendorong mulai terjadinya
aliran masuk modal (inflow) ke negara emerging market, termasuk Indonesia,
sehingga pasar keuangan emerging market mayoritas menguat terutama di pasar
obligasi dan nilai tukar.
Di domestik, pertumbuhan ekonomi tercatat di atas ekspektasi yang didorong oleh
naiknya konsumsi rumah tangga dan investasi. Tingkat inflasi inti masih terjaga
dan surplus neraca perdagangan berlanjut.
Pertumbuhan ekonomi yang masih baik
juga tercermin dari peningkatan kinerja emiten di Triwulan 2 2024, antara lain
terlihat dari pendapatan dan penyerapan tenaga kerja yang tumbuh masing-masing
sebesar 4,94 persen dan 2,73 persen yoy (Triwulan 1 2024: 2,64 persen\ dan 2,29
persen). Namun demikian, perlu dicermati pemulihan daya beli yang saat ini
berlangsung relatif lambat.
Perkembangan Pasar Modal dan Bursa Karbon (PMDK)
Di pasar saham, IHSG menguat 5,72 persen mtd pada 30 Agustus 2024 ke level
7.670,73 (ytd: menguat 5,47 persen), dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar
Rp13.114 triliun atau naik 6,29 persen mtd (12,34 persen ytd), serta non-resident
mencatatkan net buy Rp28,77 triliun mtd (ytd: net buy Rp27,73 triliun).
Secara mtd, penguatan terjadi di hampir seluruh sektor dengan penguatan terbesar
di sektor consumer non-cyclicals dan property & real estate. Di sisi likuiditas
transaksi, rata-rata nilai transaksi harian pasar saham tercatat Rp12,70 triliun ytd.
Tren penguatan ini mendorong IHSG mencetak all time high pada Agustus dengan
rekor tertinggi pada 30 Agustus di level 7.670,73, dan melanjutkan rekor all time
high di September 2024.
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 1,71 persen mtd (naik 4,41
persen ytd) ke level 391,14, dengan yield SBN rata-rata turun 22,75 bps (ytd: naik
3,12 bps) dan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp39,24 triliun mtd (ytd:
net buy Rp10,25 triliun). Untuk pasar obligasi korporasi, investor non-resident
mencatatkan net sell sebesar Rp0,20 triliun mtd (ytd: net sell Rp2,47 triliun).
Di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) tercatat
sebesar Rp841,37 triliun (naik 1,34 persen mtd atau 2,02 persen ytd), dengan Nilai
Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp498,40 triliun atau naik 1,38
persen mtd (ytd: turun 0,61 persen) dan tercatat net subscription sebesar Rp1,42
triliun mtd (ytd: net redemption Rp11,11 triliun).
Penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif.(Herwan)