Suroan, Pemerintah Desa Sidoharjo Gelar Wayang Kulit Semalam Suntuk
Jati Agung, hariansatelit.com
Pemerintah Desa Sidoharjo, Kecamatan Jati Agung, Kabupung Lampung Selatan menggelar pertunjukan Wayang Kulit semalam suntuk dengan cerita Kamulyan Jati, dibawakan oleh Ki Dalang Sarmo Carito, dalam memperingati 1 Muharram 1446 Hijriah, bertempat di halaman Balai Desa Sidoharjo, Kamis (11/7/2024) malam.
Pada pagi harinya dilakukan ziarah makan, ruwat desa, istiqasah dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk.
Ribuan masyarakat menikmati sajian wayang kulit yang sudah lama sempat terhenti.
Kepala Desa Sidoharjo Slamet mengatakan, kalangan masyarakat jawa masih mengenal bulan-bulan sakral dan sering diadakan sebagai momentum untuk pelaksanaan upacara adat.
Salah satunya adalah tradisi yang dilakukan pada bulan Suro atau tradisi Suran.
“Upacara adat tradisi Suran yang masih hidup di tengah masyarakat kita, dalam menyambut kedatangan bulan Suro merupakan prosesi kegiatan yang dilakukan masyarakat sebagai wujud Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunianya. Tradisi yang banyak dilakukan ini telah berlangsung secara turun temurun, dan dalam perkembangannya kemudian telah menjadi salah satu ikon budaya Jawa yang diminati masyarakat,” katanya.
Pelaksanaan upacara tradisional ini sangat penting dalam upaya bersama untuk melestarikan kekayaan budaya bangsa. Upacara tradisional memuat berbagai nilai luhur yang berkaitan hubungan antara manusia dengan manusia (kemasyarakatan), manusia dengan alam semesta, maupun manusia dengan Tuhan. Nilai-nilai luhur itu termanifestasikan dalam berbagai bentuk, baik kegiatan yang dilakukan, maupun makna pada perlengkapan upacaranya
“Nilai-nilai luhur itu tidak mungkin dapat ditangkap dan dimengerti apabila tidak mampu menghayati terhadap eksistensi upacara tradisi itu sendiri. Untuk itulah, kiranya perlu dukungan yang optimal, selain dari kelompok masyarakat sendiri sebagai pelaku, juga dari berbagai pihak, agar upacara tradisional dapat dilestarikan sekaligus dikembangkan sesuai dengan sikap hidup dan pandangan budaya Jawa,” pungkasnya.
Lebih lanjut Slamet menjelaskan Tradisi Suran dikalangan masyarakat Jawa banyak yang memperingati dengan pertuntujan wayang kulit, dengan mengambil cerita yang berkaitan dengan momentum bulan suro.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan pelaksanaan Program Pengembangan Nilai Budaya, Kegiatan Pelestarian kepercayaan dan Tradisi, sekaligus melestarikan budaya tradisional yang memuat ajaran dan nilai-nilai budi pekerti luhur. (Mar)